Pentingnya Thirta Yatra Bagi Umat Hindu
Pentingnya Thirta Yatra Bagi Umat Hindu
Agama hindu mengajarkan banyak cara untuk mendekatkan diri dengan tuhan, ada jalan yoga, meditasi, beryadnya, penguasaan ilmu pengetahuan, seperti yang di jelaskan dalam kitab suci Bhagavadgita Bab tiga tentang ajaran karma yoga, yaitu jalan menuju tuhan. Tirtha Yatra atau perjalanan suci, merupakan suatu kegiatan keagamaan untuk meningkatkan kehidupan spiritual (kerohanian) dengan cara mengunjungi tempat tempat suci kemudian melakukan persembahyangan, melakukan meditasi dan japa.
Masyarakat Hindu Terkusus di Kota Gorontalo sudah banyak mengenal dan melaksanakan tirtha yatra, terutama bagi masyarakat yang bekerja di instansi yang menugaskan mereka ditempat tempat tertentu, dimana mereka menyempatkan diri untuk melakukan tirtha yatra di selah selah tugas mereka.
Berbeda halnya dengan beberapa Masyarakat Hindu Terkusus Masyarakat di desa masih, beranggapan bahwa tritha yatra bagus di lakukan apabila mendatangi pura2 yang ada di pulau Bali, pemikiran seperti tumbuh dikarenakan adanya sumber-sumber mengatakan syarat bertirtha yatra harus ke pura pura suci yang ada di bali, sehingga masyrakat yang belum memiliki ekonomi yang baik, lebih memilih tidak melakukan thirta yatra padahal di dalam kitab suci sarasamuccaya di jelaskan sebagai berikut.
Sada daridrair api hi sakhyam praptum naradhipa,
tirthabhigamanam punyam yakner api wisiyate ( SS.285)
Artinya
Bahkan Orang Miskin Mampu Untuk Mengunjungi tempat tempat suci bahkan mereka lebih unggul dari melakukan yajna.
Dari penjelasan diastas bahwa di dalam sarasamuccaya bagian 285 tidak ada menjelaskan syarat syarat tertentu untuk kita melakukan tirtha yatra, melainkan kita diarahkan untuk bisa mengunjungi tempat-tempat suci dengan iklas tampa pamrih.
Berbeda dengan kalangan mahasiswa Tirtha Yatra di zaman modern ini mulai jarang terdengar, terutama dikalangan mahasiswa Kususnya di area perkotaan. Dikalangan anak muda jarang terdengar pembahasan tentang pentingnya berthirta yatra bagi umat hindu, padahal di zaman moderen ini, yang didukung oleh sarana transportasi yag baik, bisa menjadikan tirtha yatra sebagai salah satu jalan menuju tuhan menurut kepercayaan agama hindu, seperti yang tertera pada sarasamuccaya bagian 285 adalah dengan jalan melaksanakan wisata religi, yang dalam agama Hindu sering disebut dengan tirtha yatra. Yang berbunyi
Sada daridrair api hi sakhyam praptum naradhipa,
tirthabhigamanam punyam yakner api wisiyate ( SS.285)
Artinya :
Sebab Keutamaan Thirta Yatra Amat Suci Lebih Utama Dari Melaksanakan Yadnya, Dapat Dilakukan Oleh Orang Yang Miskin ( kurang mapu) Sekalipun
Tirtha Yatra juga memiliki pengaruh yang baik Dalam ajaran agama hindu terutama pada zaman ini, dimana zaman ini sering disebut dengan zaman Kaliyuga (disebut juga “zaman kegelapan”) adalah salah satu dari empat jenjang zaman yang merupakan siklus dari Yuga. Zaman Kali Yuga berlangsung selama 432.000 tahun. Pada zaman Kaliyuga, tingkat moralitas yang tersisa hanya seperempat dari yang ada pada zaman Satyayuga, sehingga lembu dharma hanya berdiri dengan satu kaki saja. Mengetahui zaman sekarang merupakan zaman di mana kejahatan merajalela, kita sebagai umat hindu sebaiknya mulai ingat mendekatkan diri kepada Ide Sang Hyang Widhi Wasa dengan salah satu jalan Yaitu tirtha yatra, dengan tirtha yatra kita bisa belajar mengendalikan diri seperti yang di jelaskan dalam kitab suci sarasamuccaya dibawah ini.
Akkrodanasca rajendra satya silo drdawratah,
atmopamasca bhutesu, sa tirthapalam asnute (SS.284)
Artinya :
Ada orang seperti ini prilakunya, tidak diliputi oleh kemarahan, benar-benar satya teguh pada brata, kasih sayang terhadap semua mahluk, karena tidak berbeda dengan dirinya segala mahluk hindup itu pada perasaanya, orang yang demikian prilakunya, pahala Tirta Yatra kelak diperolehnya.
Thirta Yatra jelas mempunyai kedudukan yang amat penting dalam ajaran agama Hindu. Thirta Yatra lebih utama dari melaksanakan Yadnya (upacara) dan hal ini bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang orang yang tergolong tidak mampu. Sebaliknya orang yang di anggap mampu (kaya) bila tidak pernah berpuasa, tidak pernah mandi ditempat suci, orang yang demikian disebut orang tidak mampu (miskin), miskin dibidang aktivitas rohani seperti yang dijelaskan pada kitab suci sarasamusccaya dibawah ini.
Nihan hala ning tan patirtha, hana ya wwang mangke kramanya, tapwan popawāsa tigang wĕngi, tapwan padyus ring tirtha, tapwan paweh kañcana dāna, godāna, ikang wwang mangkana kramanya, ya ika paramārtha ning daridra ngaranya.(SS284)
Artinya :
Inilah malapetaka orang yang tidak mengunjungi tempat-tempat suci, adalah orang yang seperti ini keadaannya tidak berpuasa selama tiga malam berturut-turut, tidak mandi di tempat suci, tidak memberikan derma emas, derma lembu, orang yang demikian keadaan, adalah orang yang sangat miskin namanya.
Didalam ajaran Agama Hindu kita sering mendengar istilah Thirta Yatra, diartikan untuk melakukan perjalanan suci sebagai upaya pendekatan diri atau wujud bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi wasa/Tuhan Yang Maha Esa, yang bertujuan untuk melatih pengendalian diri baik dari kemarahan dan menyerap nilai nilai spritual, karena diyakini tempat tersebut mampu mengantarkan vibrasi kesucian pada setiap orang yang melaksanakannya.
Sebagai kader KMHDI saya mengharapkan semoga kedepanya kami masyarakat Hindu dan pemuda hindu bisa belajar dan melestarikan ajaran-ajaran agama Hindu, mengingat zaman yang kita jalani saat ini sangat mudah membuat kita jatuh ke hal hal yang tidak baik, salah satu cara untuk menghindari itu adalah dengan cara bertirtha yatra, dan harapanya juga semoga dizaman moderen ini umat hindu tidak melupakan ajaran ajaran agama, mengingat betapa pentingnya ajaran-ajaran agama hindu dalam sebuah kehidupan.
Reverensi
I Nengah Aryanatha ‘Tirtayatra sebagai Bentuk Wisata Religi Masyarakat Hindu di Bali', pp. 66–71.
Kitab Suci Agama Hindu Bhagavadgita
Kitab Suci Agama Hindu Sarasamuccaya
Editor : Dewa Ginada